Materi Kakekat Ibadah

 MATERI HAKEKAT IBADAH



وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون


“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 )


Ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, menurut, mengikut dan doa. Sedangkan menurut sebagian ulama tauhid, ibadah adalah mengesakan Allah Ta'ala dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya.


Secara umum, Syekh Mahmud Syaltut (almarhum mantan pemimpin tertinggi lembaga-lembaga Al-Azhar) dalam tafsirnya telah menjelaskan bentuk ibadah secara singkat, yaitu "Ketundukan yang tidak terbatas bagi pemilik yang tidak terbatas (pula)," begitu dia menjelaskan.


Namun, di samping pengertian umum tersebut, ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah mempunyai pengertian yang lebih khusus. Hal ini karena ibadah tersebut ternyata mengalami penyempitan makna saat para ulama menguraikan hukum Islam, yang dapat menimbulkan kerancuan tentang makna ibadah yang sesungguhnya.


Menurut seorang pembaru, Syekh Muhammad al-Ghazali, ibadah mahdhah adalah segala bentuk aktivitas yang cara, waktu, atau kadarnya telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kita tidak mengetahui tentang ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah dalam Alquran atau penjelasan Rasul-Nya. Hal ini sesuai dengan kaidah yang berbunyi. "Dalam soal ibadah (mahdhah) segalanya tidak boleh, kecuali yang diajarkan Allah dan atau Rasul-Nya."


Pada awal kehadiran Islam, istilah ini sebenarnya tidak dikenal. Istilah ini baru dikenal setelah diperkenalkan oleh para ulama fikih untuk tujuan memilah-milah uraian hukum atau pembagian teknis materi pembahasannya.


Pakar filsafat hukum, Asy-Syathibi, dalam bukunya al-Muwafaqa menegaskan, pada dasarnya dalam masalah ibadah mahdhah, seorang mukalaf harus mengindahkannya tanpa meneliti makna dan sebabnya, sedangkan dalam hal muamalah, pada dasarnya adalah meneliti maksud tujuannya.


Hal ini dapat dicontohkan seperti halnya puasa. Mengapa puasa harus sebulan penuh? Mengapa tidak seminggu saja? Atau mengapa hanya sampai terbenamnya matahari? Nah, jika pertanyaan tersebut sudah terjawab, pertanyaan-pertanyaan baru akan tetap muncul dan tidak ada habisnya. Karena itu, peranan akal dalam masalah ibadah mahdhah ini sangatlah terbatas.


Di dalam masalah ibadah mahdhah ini tampak jelas kebutuhan manusia kepada Sang Pencipta, yakni dalam hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal. Penjelasan seorang filsuf Muslim, al-Farabi, mungkin cukup untuk memberikan gambaran tentang ibadah mahdhah ini.


"Lebih wajar bila ia diserahkan saja kepada akal manusia. Namun, kenyataannya tidak demikian. Kehadiran wahyu melalui para Nabi membuktikan bahwa ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar," kata bapak filsafat Islam tersebut.


Kendati demikian, bukan berarti ada larangan untuk membahasnya. Tentu kita boleh membahasnya. Jika hasil bahasan tersebut memuaskan nalar, kita harus bersyukur karena itulah yang menjadi tumpuan harapan. Namun, jika belum memuaskan, kita harus berusaha terus merenungkannya dan tetap melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan aturan agama.


Sementara, ibadah ghairu mahdhah merupakan semua bentuk amal kegiatan yang tujuannya untuk mendekati Allah. Namun, tempat dan waktunya tidak diatur secara perinci oleh Allah. Di antara ibadah yang termasuk ibadah ghairu mahdhah, yaitu seperti sedekah, infak, belajar, mengajar, berzikir, dakwah, tolong-menolong, dan gotong royong.


Namun, berbeda dengan ibadah mahdhah, dalam melaksanakan ibadah ghairu mahdhah tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru dalam ibadah ini diperbolehkan. Inilah yang kadang sering disalahpahami. Sehingga, umat perlu memahami lebih dalam lagi tentang hal ini.


Dalam ibadah ghairu mahdhah terdapat empat prinsip yang bisa menjadi acuan. Pertama, keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Kedua, tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah SAW. Ketiga, bersifat rasional. Dan terakhir, azasnya adalah manfaat.


Dengan tidak adanya aturan baku dari Rasulullah tersebut, maka dalam ibadah ghairu mahdhah ini Allah memberikan ruang kepada hambanya untuk berijtihad.


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang dua istilah ibadah tersebut, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis qudsi. "Allah berfirman, hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (ibadah mahdhah), jika hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal kebaikan (ibadah ghairu mahdhah) maka aku mencintai dia." (HR Bukhari 6021).


Fungsi Ibadah


1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi

2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal dengan Sang Khaliq

3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah


. C. Hikmah Ibadah 

1.   Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya. 

2.   Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban. 

3.   Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.

4.  Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.

5.   Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat



MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL


Pengertian ibadah dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada Allah dalambentuk shalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan tidak hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakupseluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dansebagainya guna mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanyamanusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalamkehidupan sosial.


BAB IIIPENUTUP


Kesimpulan dari makalah ini adalah bagaimana kita sebagai makhluk yang lemah harusmentaati peraturan beribadah kepada Sang Maha Kuasa. Berbagai macam aturan telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Hadist. Sebagai manusia kita tidak bisa mengetahui semua asal-usul peraturan ibadah tersebut. Ada peraturan yang bisa dijangkau akal manusia dan ada pula yang tidak bisa di jangkau akal manusia. Sebagai makhluk kecil di muka bumi sudah seharusnya sebagai manusia yang beriman taat kepada semua aturan beribadah karena ibadah adalah kewajiban bagi manusia.Beribadah memberikan manfaat yang sangat besar bagi mausia meskipun terkadang tidak langsung bisa di rasakan di muka bumi.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELALUI BiTe Class KBA BANJARSURI BANTU GENERASI BANGSA HADAPI INDONESIA EMAS 2045

TANAMKAN KARAKTER GENERASI BANGSA MELALUI BIOSKOP DESA